Segalaku, bermainlah di pucuk-pucuk daun teh, di sebaris-baris embun yang bertengger, melingkari kepalaku, memusingi wadah dan riak benak, seumpama baling-baling patah. Yang damai itu buyar, yang tenteram itu hilang, yang senandung sudah usai, tapi hati masih menyimpan kelinci bulan untuk menyepuh lantai-lantai jiwa ini dengan hangat lembut.
Tampar dan sadarkan aku!
No comments:
Post a Comment