"Aku terlahir dalam penungguan, dan aku mendapatkan wajahku ketika anak manusia kehilangan. Aku adalah pertanda yang tak tentu akan datangnya peperangan di masa depan. Dan ketika peperangan datang, akulah yang menguasai hampir seluruh hati manusia.
Aku adalah sahabat terbaik bagi harapan. Dan terkadang aku menjadi hamba bagi takdir manusia. Aku selalu berbicara dengan wajah yang buram, namun ketika aku datang maka mereka menyebut nama sahabatku berulang-ulang.
Aku sering mengasihani diriku. Aku berada di puncak tebing yang tinggi dan aku selalu kesepian di sana. Manusia selalu menghindar dariku, mereka membenci wajahku, bahkan mereka selalu meragukan cahayaku. Padahal aku tak seburuk rupa yang mereka kira. Hatiku begitu lembut dan saudara-saudaraku sering iri padaku karena akulah yang selalu dijumpai oleh Yang Terbaik, yaitu Kebijaksanaan. Sahabat-sahabatku mengenalku sebagai si peragu dan aku selalu punya wajah yang murung, namun aku akan tersenyum ketika mereka membawakanku bunga yang telah disesap oleh kupu-kupu kasih sayang. Dan kecuali sebagian penyair, manusia tak tahu apa-apa tentang bagaimana aku tercipta. Aku sering dilanda kesepian karena tiada siapapun yang mengerti tentang diriku selain beberapa sahabat setiaku.
Oleh mereka para orang tua, mereka mengurungku di menara tinggi bersama para perawan suci. Dan mereka menjadikanku sebagai penjaga yang begitu setia. Aku lebih tua daripada tembok yang berlumut dan rapuh di menara itu, namun para orang tua tak mau mencarikan pengganti bagiku. Aku begitu mereka percayai.
Aku mencintai sahabatku hingga aku masih bertahan hingga sekarang, dan akan terus kuperjuangkan kehidupanku karena tanpa diriku maka alam akan membisu dan tak ada janji di masa depan bahwa bunga-bunga kecil akan mekar. Mereka adalah teman-teman yang sangat ramah dan menyenangkan dan mereka menjamuku dengan penuh suka cita.
Aku masih sering mengasihani diriku karena sebagian besar dari manusia selalu membeciku. Mereka menganggapku sebagai musuh terbesar mereka. Ya! Aku tahu bahwa mereka lebih memilih Kebebasan sebagai kekasih mereka dan sabdaku membunuh setiap apa yang mereka bangun. Tapi bukankah begitulah seharusnya aku? Aku adalah pesuruh setia bagi Kehancuran dan akulah patung selamat datang yang akan menyambut manusia di altar Kehancuran dengan wajah seram. Mereka yang mencintaiku adalah yang kejam dan mereka yang membenciku adalah yang lemah. Maka aku pantas untuk mengasihani diriku.
Sabdaku adalah keburukan, tapi aku bersahabat dengan Harapan. Aku adalah pertanda akan datangnya usaha untuk penciptaan kebaikan dalam dada manusia, namun mereka yang tak pernah mendengar suara Kebijaksanaan akan menjadikanku sebagai pertanda datangnya kehancuran. Duhai, aku adalah saudara kandung para penghuni langit yang selalu dijadikan yang terakhir.
Akulah api yang tak mempunyai cahaya. Mereka mengambilku dari api neraka. Tapi aku harus tunduk di kehadirat Tuhan. Bahwa seburuk apapun, aku harus bersyukur karena aku diciptakan oleh-Nya.
Kebijaksanaan datang menghiburku saat itu. Dia datang dari bukit cahaya dan dia menggenggam tanganku dengan erat. Kebijaksanaan menghiburku dengan kata-katanya. Katanya, setiap ciptaan-Nya adalah anugerah untuk yang diciptakan itu sendiri. Itulah cara-Nya membuat kita mencintai-Nya sekaligus menjadi cara-Nya mencintai kita. Maka cintailah Dia dengan sepenuh ketaatan, dan dengan itu engkau akan mendapatkan diri-Mu tersucikan. Maka aku pun terhibur.
Akulah yang bersarang dalam pemikiran manusia sehingga mereka bekerja dengan giat untuk memberikan anak-anak mereka kehidupan yang cerah. Aku melakukannya dengan suka cita.
Akulah bisikan yang membuat darah mereka mengalir lebih cepat hingga mereka menjadi kuat.
Akulah yang membisikkan sabda-sabda sehingga setiap kuil diruntuhkan agar mereka membangun yang lebih baik lagi.
Ketika aku memilih para pecinta sebagai tempatku bernanung, maka mereka akan menjadikanku sebagai bukti kasih sayang untuk kekasih mereka. Padahal mereka membenciku, namun mereka selalu mempersembahkanku dengan wajah tersenyum. Betapa aku harus mengasihani diriku.
Ketika para kekasih menerimaku dengan suka cita, maka mereka akan memelukku dalam dada mereka yang hangat. Sebagian dari mereka akan membawaku ke dalam ingatan mereka hingga mereka dihancurkan oleh kematian. Dan sebagiannya lagi lebih gila; mereka memahatku sebagai sumpah para pecinta yang telah dipenuhi. Dengan akulah Tuhan menciptakan dunia yang Dia kehendaki. Dan puji Tuhan, karena-Nya, akulah yang mereka kenal sebagai yang melakukan semua itu.
Ketika para kekasih berlari daripadaku dan mengingkariku, mereka melakukannya tidak dengan sepenuh hati. Dalam rahasia terdalam mereka, aku telah menjadi bukti pengorbanan para pecinta yang membuat kekasih mereka tersanjung. Dan aku membuat roh mereka melayang lebih tinggi daripada mereka kira. Sekaligus akulah api yang mereka jaga dengan ketidak tulusan. Mereka menjagaku sambil berusaha memadamkanku, dan di beberapa masa terkadang mereka sangat menyayangiku. Betapa aku harus mengasihani diriku.
Aku bersahabat dengan harapan, dengan para penyair, dan dengan para manusia yang bijak. Dan terkadang aku tergoda untuk bersekutu dengan Kehancuran dan Kebodohan. Aku hanyalah hamba. Dan aku harus diterima sebagai sebuah makhluk/ sifat yang lemah. Aku bisa saja hancur kapanpun dan terganti dengan wajah apapun tanpa aku sadari. Aku hanya mengisi hati manusia seiring dengan bekerjanya pilihan dan takdir. Dan terkadang aku tak punya apa-apa untuk berterima kasih karena mereka selalu memberiku tempat bernaung.
Dengarlah wahai para sekutu-sekutu yang sering memperalatku. Bahwa aku tak punya apa-apa bagi kalian. Kalian adalah musuh terbesarku, namun aku tak punya kekuatan untuk menolong diriku. Wajah kita hampir sama dan aku tak bisa mengingkari itu. Aku tahu bahwa aku adalah senjata terampuh untuk menghacurkan segala kebaikan yang telah manusia bangun. Dan adalah takdirku bahwa aku tak bisa menolak kehadiran kalian dalam kehidupanku. Tapi inilah caraku untuk mencintai Tuhan, yaitu dengan membiarkan kehidupanku mengalir apa adanya.
Dan dengarlah wahai sahabat-sahabatku. Ketika kalian menyampaikan salam padaku, maka akan kuperlihatkan cahaya kebenaran dan kenyataan sebagai jalan yang sesungguhnya yang harus kalian tempuh. Tapi sungguh manusia, cahaya itu sering menyilaukan mata.
Akulah Kerisauan. Dan puji Tuhan, karena-Nya, akulah yang mereka kenal sebagai yang melakukan semua itu.”
Maka terberkatilah orang-orang yang dalam hatinya ada rasa risau, yang sebab ketakutan mereka, mereka mengambil sebuah keputusan di kala semua pilihan terasa berat dan salah. Karena sesungguhnya adalah lebih baik memilih sesuatu daripada tidak pernah sama sekali.
No comments:
Post a Comment