
Dukaku yang meruah di persimpangan jalan menitipkan pesan pada-Mu. Kutahu dosa-dosaku terlalu banyak dan aku tak berhak meminta apapun selain pengampunan-Mu, tapi cintaku berontak dan berkata: “Aku hanya menginginkan Engkau, utuh-utuh. Tak lebih dari itu.”
Aku tahu bahwa bahkan surga pun tak pantas untukku, tapi nada-nada fortessimo yang dipetik oleh jemari halus dalam dawai hatiku hanya mengalunkan melodi cinta untuk-Mu. Maka biarkan musiknya tetap mengalir agar seruan ini menggema di setiap sudut-sudut kota yang lengang.
Biarkan kegilaan ini bersenandung dalam ujung ketertatihan pencarian kesejatiannya. Biarkan ia mengakui semua apa yang ada di dalam dirinya sepenuh kejujuran. Biarkan ia menarikan langkah dansanya yang terbaik dalam pertunjukan kudus cintanya di teater pemujaan-Mu yang agung. Biarkan racun keegoisan di cawan perak dalam hatiku tumpah habis agar Engkau bebas mengisinya dengan anggur cinta dari piala emas-Mu.
Kekupu yang beterbangan beserta dayang-dayang bermahkota daun salam itu pun telah kuusir dari pekarangan hatiku. Kini kamar hatiku kosong dan aku menanti-Mu sepenuh kerinduan di pintu gerbang altar cintaku yang sepi.
Datang, datanglah karena aku hanya menginginkan Engkau.
No comments:
Post a Comment